Korupsi Bukan Budaya Kami di Kampus
Korupsi, siapa yang tidak mengenal kata korupsi? Bahkan siswa SD pun mengetahuinya dan mampu menjabarkan bahwasannya korupsi adalah hal yang tercela dan tidak baik untuk di lakukan. Lantas korupsi bukanlah hal asing lagi bagi kita selaku mahasiswa, bukan. Di Indonesia kasus-kasus korupsi seolah sudah menjadi fenomena sosial yang sulit di berantas karena sudah begitu menbudaya. Kasus korupsi sudah merajalela di seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya petinggi Negara saja yang melakukan tetapi kalangan masyarakat bawah bahkan generasi muda saat ini juga melakukannya. Korupsi bisa terjadi karena mental generasi muda yang ‘bobrok’, kurang bisa bersikap, dan tidak disiplin. Jika generasi mudanya seperti ini bagaimana Negara kita besok?. Berikut adalah cerminan sederhana, jika Generasi muda Indonesia bicara korupsi, dengan sigap dan percaya diri mereka berkata “Saya Anti Korupsi!”, tetapi yang sering terjadi berlainan, yaitu “Saya Nanti Korupsi!”.
Kita sebagai generasi muda merupakan aset bangsa, yang menentukan mati atau hidupnya bangsa, maju atau mundurnya Negara, sejahtera atau sengsaranya bangsa Indonesia kedepannya. Belajar dari masa lalu, sejarah telah menceritakan bahwa perjalanan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran generasi muda. Seperti pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang menggerakkan para pemuda untuk bangkit dan berjuang untuk melawan penjajahan Belanda. Saat ini penjajah yang harus kita lawan adalah korupsi, kita harus memberantas korupsi sedikit demi sedikit supaya Negara ini bisa merdeka kembali.
Faktor pembentuk korupsi di generasi muda saat ini adalah ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan. Ketidakjujuran adalah bentuk paling umum yang di miliki oleh generasi muda saat ini. Saat ujian di Kampus banyak sekali akal-akalan mahasiswa untuk mendapat nilai bagus dengan cara curang atau tidak jujur, mulai dari akal-akalan catatan tersembunyi yang di selipkan di kotak pensil atau kantung baju sampai ke alat yang tanpa mengenal jarak yaitu media komunikasi elektronik (dengan sms, chat, ataupun BBM). Banyak yang menilai dari nilai bukan dari prosesnya. Memang nilai adalah indikator utama dalam menentukan kualitas seseorang, tetapi apabila nilai yang didapatkannya dengan cara yang salah, tentu ia tidak akan berbuat banyak. Ketika dosen memberi tugas tetapi tugasnya dikerjakan oleh orang lain dan mengumpulkannya atas nama sendiri, hal ini juga termasuk ketidakjujuran. Hingga saat mencari pekerjaan, dengan mudahnya mendapatkan jabatan karena posisi orang tua sangat dihormati, dan pada saat bekerja ia malas-malasan dan akhirnya melakukan korupsi. Semua di sebabkan karena ketidakjujuran dalam memperoleh nilai. Selain menyontek suap-menyuap juga kerap terjadi. Tidak jarang perebutan kursi di perguruan tinggi atau sekolah bisa didapatkan dengan mudah tanpa jalur apapun, kecuali dengan uang. Jika seperti ini terus maka Pemimpin bangsa ini kedepannya adalah mereka yang mendapatkan nilai bagus dengan cara curang.
Ketidakdisiplinan juga bisa berujung korupsi, Misalnya datang terlambat dan tidak mengumpulkan tugas-tugas serta sering membolos kuliah. Ketika kebiasaan ini terbawa sampai ke tempat kerja, bisa saja ia di pecat dan kehilangan pekerjaannya. Kecuali melakukan tindak kriminal lain selain korupsi waktu, seperti menyuap rekan kerjanya untuk tidak melaporkan kepada atasan karena keterlambatannya, mengatur supaya tugasnya dipindahtangankan,dll. Solusi yang penulis tawarkan adalah sanksi yang sesuai dengan tingkat kesalahannya dan sekali lagi pengawasan yang ketat. Untuk menerapkan suatu peraturan harus ada media pemantau peraturan tersebut, baik atasan, guru, ataupun masyarakat terdekat.
Penulis percaya bahwa hal-hal kecil dapat membuat perubahan yang besar. Oleh karena itu, penulis hanya memfokuskan kepada peranan generasi muda dalam korupsi di Negara ini. Korupsi berlangsung di generasi muda inilah yang harus di musnahkan, salah satunya yang berada di kampus. Dampak jika koruptor muda ini terus berlanjut dapat membahayakan pembangunan Indonesia. Beberapa tahun kedepan pemerintahan akan digantikan oleh generasi muda sekarang, yang muda yang memimpin. Jika pondasi itu hancur, akibatnya pemerintah juga akan hancur. Itulah sebabnya pemberantasan korupsi dalam bentuk apapun di kampus itu sangat penting. Penulis berharap seiring bergulirnya waktu, generasi muda meniadakan bibit-bibit korupsi sehingga pemerintahan masa mendatang akan menilai berdasarkan nilai-nilai kejujuran dan etos kerja. Dan generasi muda sekarang bukanlah yang ingin jalan pintas, melainkan generasi yang cerdas dalam mewujudkan mimpi dan harapannya.
Karena korupsi Bukan Budaya Kami di Kampus!
LEAVE A COMMENT